Jumat, 06 Mei 2011

Wasiat Rasulullah 5

oleh Deden Salafy

Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum Muslimin
agar menjadi baik, Allah Ta ’ala memerintahkan agar kita mengubah
diri kita sendiri terlebih dulu, bukan
mengubah penguasa yang ada. Allah
Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka
sendiri.” (Qs ar-Ra’d/13:11) Kita harus memperhatikan kewajiban
mendengar dan taat kepada ulil amri.
Bila tidak, maka akan terjadi kehinaan,
kekacauan, pertumpahan darah, kaum
Muslimin menjadi korban, dan lain
sebagainya. Sedangkan darah kaum Muslimin itu lebih mulia dari pada
Ka’bah yang mulia dan lebih berat di sisi Allah Ta’ala dari pada hancurnya dunia. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
“Hancurnya dunia ini lebih ringan dosanya di sisi Allah dari pada
terbunuhnya seorang Muslim.” Terjadinya Perpecahan Dan Perselisihan
Di Tengah Kaum Muslimin Sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam,
“Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, maka ia
akan melihat perselisihan yang
banyak.” Sesungguhnya perpecahan dan
perselisihan dalam Islam itu tercela.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih setelah sampai kepada
mereka keterangan yang jelas. Dan
mereka itulah orang-orang yang
mendapat adzab yang berat.” (Qs Ali ‘Imrân/3:105) Allah Ta’ala berfirman yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang
memecah-belah agamanya dan mereka
menjadi (terpecah) dalam golongan-
golongan, sedikit pun bukan tanggung
jawabmu (Muhammad) atas mereka.
Sesungguhnya urusan mereka (terserah) atas Allah. Kemudian Dia
akan memberitahukan kepada mereka
apa yang telah mereka perbuat".(Qs al-
An’âm/6:159) Syaikh ‘Abdurrahmân bin Nâshir as- Sa’di rahimahullah mengatakan, “Ayat ini menjelaskan bahwa agama Islam
memerintahkan untuk berjama’ah dan bersatu serta melarang perpecahan
dan perselisihan dalam prinsip agama,
bahkan dalam setiap permasalahan
agama, baik yang pokok maupun
cabangnya.” Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya orang- orang Ahlul Kitab sebelum kalian telah
berpecah-belah menjadi 72 golongan.
Sesungguhnya umat Islam akan
berpecah-belah menjadi 73 golongan,
72 golongan tempatnya di neraka dan
hanya satu golongan di Surga, yaitu al- Jama’âh.” Dalam riwayat lain disebutkan:
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku
dan para Sahabatku berjalan di
atasnya.”.

Jalan Selamat Dari Perpecahan Dan Perselisihan

Jalan selamat dari perpecahan dan
perselisihan adalah dengan berpegang
teguh kepada al-qur-an dan as-sunnah
menurut pemahaman salafush shalih.
Sabda Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam, “Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah
Khulafâur Râsyidin yang mendapat
petunjuk.” Sabda beliau Salallahu ‘Alaihi Wassalam di atas terdapat perintah untuk
berpegang teguh dengan Sunnah
Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam dan Sunnah Khulafâur Râsyidin
sepeninggal beliau. Sunnah adalah
jalan yang dilalui, termasuk di
dalamnya berpegang teguh kepada
keyakinan-keyakinan, perkataan-
perkataan, dan perbuatan perbuatan Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam dan para Khulafâur Râsyidin. Itulah Sunnah
yang paripurna. Oleh karena itu,
generasi Salaf dahulu tidak
menamakan Sunnah, kecuali kepada
apa saja yang mencakup ketiga aspek
tersebut. Hal ini diriwayatkan dari al- Hasan, al-Auzâ’i, dan Fudhail bin ‘Iyâdh. Keempat Khalifah tersebut disebut
Râsyidîn karena mereka mengetahui
kebenaran dan memutuskan segala
perkara dengan kebenaran. Râsyîd
adalah lawan kata dari ghâwi. Ghâwi
ialah orang yang mengetahui kebenaran, namun mengamalkan
kebalikannya. Sedangkan kata
Mahdiyyîn maksudnya adalah Allah
Ta’ala membimbing mereka kepada kebenaran dan tidak menyesatkan
mereka darinya. Jadi, manusia terbagi
menjadi tiga: râsyid, ghâwi, dan dhâll. Râsyid ialah orang yang mengetahui
kebenaran dan mengikutinya. Dhâll
ialah orang yang tidak mengetahui
kebenaran secara total. Jadi, seluruh
orang râsyid itu ialah orang yang
mendapatkan petunjuk, dan orang yang diberi petunjuk dengan petunjuk
paripurna ialah orang yang râsyid
(mendapatkan petunjuk), karena
petunjuk hanya sempurna dengan
mengetahui kebenaran dan
mengamalkannya. Perintah Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam untuk mengikuti Sunnah beliau dan
Sunnah Khulafâ Râsyidin setelah
perintah mendengar dan taat kepada
ulil amri adalah bukti bahwa Sunnah
para Khulafâur Râsyidin harus diikuti
seperti halnya mengikuti Sunnah Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam . Ini tidak berlaku bagi Sunnah para pemimpin
selain Khulafâ Râsyidin. Ini menunjukkan bahwa kita wajib
berpegang kepada al-Qur‘ân dan Sunnah menurut pemahaman Salafush
Shalih. Selain itu, kita diwajibkan
mengikuti manhaj para Salafush Shalih
karena Allah Ta ’ala menyebutkan dalam al-Qur‘ân tentang wajibnya kita mengikuti mereka. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Maka jika mereka beriman sebagaimana kamu telah beriman,
sungguh, mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam
permusuhan (dengan kamu). Maka
Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dialah yang Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.” (Qs al- Baqarah/2:137) Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan selain
jalan orang-orang Mukmin, Kami
biarkan dia dalam kesesatan yang telah
dilakukannya itu dan akan Kami
masukkan dia ke dalam neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk
tempat kembali". (Qs an-Nisâ’/4:115) Kita berpegang dengan pemahaman
Salaf, mengikuti jejak Salafus Shalih,
dengan tujuan ingin selamat dunia
akhirat dan ingin masuk Surga, bukan
untuk mencari kedudukan, harta, dan
ketenaran. Kita mengikuti jejak mereka supaya selamat di dunia dan di akhirat
dan agar Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam Surga-Nya, bukan untuk
memperoleh kesenangan dunia, harta,
jabatan, maupun kekuasaan. Kita wajib mengikuti jejak Salafush
Shalih karena mereka adalah khairun
nâs (sebaik-baik manusia), dan khairu
hâdzhihil ummah (dan sebaik-baik
umat ini). Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat),
kemudian yang sesudahnya (masa
Tâbi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tâbi’ut Tâbi’în).” Mengenai berpegang kepada al-Qur‘ân dan Sunnah dengan pemahaman
Salafush Shalih ini, Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam bukan hanya menyuruh
berpegang saja. Tetapi menyuruh kita
agar memegangnya dengan sangat
kuat dan erat sehingga beliau
mengungkapkannya melalui sabda
beliau,.
bersambung..insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar