Penulis: Ustadz Muslim Atsari
sumber : UstadzMuslim
Kebodohan adalah
salah satu sebab utama seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan
kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Kebaikan anak Adam adalah dengan iman dan amal shalih, dan tidaklah mengeluarkan mereka dari kebaikan, kecuali dua perkara:
Pertama: Kebodohan, kebalikan dari ilmu, sehingga orang-orangnya akan menjadi sesat.
Kedua: Mengikuti hawa-nafsu dan
syahwat, yang keduanya ada di dalam jiwa. Sehingga orang-orang akan
mengikuti hawa-nafsu dan dimurkai (oleh Allah)”. (Majmu’ Fatawa 15/242)
Demikian juga orang-orang yang
beribadah kepada Allah dengan kebodohan, maka sesungguhnya mereka lebih
banyak merusak daripada membangun! Sebagaimana dikatakan oleh sebagian
Salafush Shalih:
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِجَهْلٍ , أَفْسَدَ أَكْثَرَ مِماَّ يُصْلِحُ
Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu’ Fatawa 25/281)
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Oleh karena bahaya penyakit kebodohan
yang begitu besar, maka agama memberikan resep obat untuk menghilangkan
penyakit tersebut. Yaitu mewajibkan para pemeluknya untuk menuntut ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Demikian juga Alloh Ta’ala memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama mereka. Firman Alloh:
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. 21:7)
YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU
Yang dimaksudkan ilmu di sini adalah ilmu syar’i, ilmu yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, dan diwariskan kepada para ulama pewaris para Nabi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu,
niscaya –dengan hal itu- Allah jalankan dia di atas jalan di antara
jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan
sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu
agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh siapa
saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air.
Dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti
keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan
sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak
mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Baramngsiapa yang
mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu
Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223;
Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam
Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
Marilah kita perhatikan hadits yang
agung ini. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan
keutamaan menuntut ilmu pada awal kalimat, dan keutamaan ‘alim (orang
yang berilmu) pada pertengahan kalimat, lalu pada akhir kalimat beliau n
menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu yang diwariskan
para Nabi, yaitu ilmu agama yang haq!
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah berkata: “Telah diketahui bahwa ilmu yang diwariskan oleh
para Nabi adalah ilmu syari’at Allah ‘Azza wa Jalla, bukan lainnya.
Sehinga para Nabi tidaklah mewariskan ilmu tekhnologi dan yang berkaitan
dengannya kepada manusia.” [Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh
Al-Utsaimin]
Ini bukan berarti bahwa ilmu dunia itu
terlarang atau tidak berfaedah. Bahkan ilmu dunia yang dibutuhkan oleh
umat juga perlu dipelajari dengan niat yang baik.
Beliau juga berkata: “Yang kami
maksudkan adalah ilmu syar’i, yaitu: ilmu yang yang diturunkan oleh
Allah kepada Rasul-Nya, yang berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk.
Maka ilmu yang mendapatkan pujian dan sanjungan hanyalah ilmu wahyu,
ilmu yang diturunkan oleh Allah”. [Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh
Al-Utsaimin]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ غَيْرِ فَقِيهٍ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ
Semoga Allah mengelokkan wajah
seseorang yang telah mendengar perkataanku, lalu dia menyampaikannya.
Terkadang orang yang membawa fiqih (ilmu; pemahaman; hadits Nabi)
bukanlah ahli fiqih. Terkadang orang yang membawa fiqih membawa kepada
orang yang lebih fiqih (faham) darinya. [HR. Ibnu Majah no:230, dan ini lafazhnya; Ahmad 5/183; Abu Dawud no: 3660; dan lainnya]
Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah
berkata: “Beliau n menamakan perkataan beliau dengan nama ilmu, bagi
orang yang merenungkan dan memahaminya”. [Jami’ Bayanil Ilmi Wa
Fadhlihi]
Oleh karena itulah wahai
saudara-saudaraku yang tercinta, istilah ilmu tidaklah dikehendaki oleh
Allah dan Rasul-Nya kecuali terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, atau kesepakatan seluruh umat
terhadap suatu perkara yang menghilangkan perselisihan, dan apa-apa yang
dapat mendekatkan kepadanya. [Diambil dari perkataan Syeikh Salim
Al-Hilali di dalam kitab Bahjatun Nazhirin 2/461]
Inilah kewajiban kita, kaum muslimin,
baik terpelajar atau awam. Kita wajib mengetahui dan memahami apa-apa
yang diperintahkan oleh Allah dan apa-apa yang Dia larang.
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Sesungguhnya keutamaan menuntut ilmu
sangat banyak, di sini cukuplah kami sebutkan beberapa faedah dari
hadits di atas yang telah kami sampaikan:
- Allah memudahkan jalan ke sorga bagi orang yang menuntut ilmu.
- Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi.
- Seorang ‘alim dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air.
- Keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
- Para ulama itu pewaris para Nabi.
Semoga Alloh memberikan semangat kepada
kita semua untuk menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, sehingga
meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
Penulis: Ustadz Muslim Atsari
Artikel: www.UstadzMuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar